Mappasikarawa dalam Bingkai Adat Bugis

Mappasikarawa dalam Bingkai Adat Bugis

JAKARTA,—Dalam kearifan budaya Bugis yang luhur, terdapat satu prosesi yang tak hanya simbolik, namun sarat makna spiritual dan emosional

Mappasikarawa.

Ia bukan sekadar upacara adat, melainkan titik balik perjalanan cinta seorang anak dan keluarganya.

Dalam prosesi ini, orang tua dan keluarga mempelai perempuan berdiri teguh, bukan hanya sebagai saksi, tetapi sebagai jiwa yang melepaskan dengan lapang dada.

Mereka tidak melepas karena ingin berpisah, tetapi karena cinta yang mereka tanam sejak hari pertama kehidupan sang anak, telah tumbuh dan kini siap berakar di tempat baru.

Mappasikarawa adalah pengakuan paling ikhlas: bahwa cinta sejati tidak mengikat, melainkan merelakan.

Pada saat itu, keluarga perempuan menyerahkan anaknya bukan karena kewajiban, tetapi karena kepercayaan — bahwa tangan lelaki yang kini menggenggam tangannya adalah tangan yang akan melindungi, mencintai, dan menghormatinya, sebagaimana keluarganya dulu membesarkannya.

Lelaki itu tak hanya menerima seorang istri, tapi juga mewarisi kepercayaan, harapan, dan kasih sayang satu keluarga besar.

Di sinilah makna mendalam mappasikarawa:
Ia adalah janji tak terucap,
doa tanpa suara,
dan restu yang disampaikan dalam keteguhan hati.

Dan dari momen itulah, dua keluarga yang sebelumnya terpisah oleh garis silsilah, kini dipersatukan oleh cinta dan tanggung jawab.

Mappasikarawa adalah pelajaran hidup, bahwa dalam setiap perpisahan yang ikhlas, selalu ada awal yang penuh harapan.

MGK.Luxsus Ballroom Jakarta Pusat, 29 Juni 2025
Amar & Nola

#Barakka na Zam Zam