BARRU,— Sejumlah desa dan kelurahan di Kabupaten Barru, khususnya Desa Lampoko, Desa Balusu, Desa Ajakkang, dan Kelurahan Takkalasi, Kecamatan Balusu dan Soppeng Riaja, kembali dilanda kekhawatiran menjelang musim hujan. Daerah ini telah menjadi langganan banjir tahunan dengan ketinggian air yang kerap melebihi badan jalan, termasuk jalan poros provinsi, menimbulkan keresahan mendalam di kalangan warga.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Lampoko, H. Ismail Iskandar, menilai bahwa akar masalah dari banjir yang semakin parah setiap tahun adalah minimnya dan tidak maksimalnya sistem pembuangan air. Menurut H. Ismail, penyebab utamanya adalah dampak dari proyek betonisasi jalan poros provinsi dan pembangunan rel kereta api di wilayah tersebut.
Saluran Air Hilang Setelah Betonisasi Jalan
H. Ismail menjelaskan bahwa sebelum jalan poros provinsi diubah dari aspal menjadi beton, di Desa Lampoko saja, terdapat tiga saluran air besar (gorong-gorong) dengan lebar sekitar 3 meter dalam jarak kurang dari 1 kilometer. Saluran-saluran ini berfungsi vital sebagai pembuangan air di bawah jalan.
”Setelah dibangun jalan beton, semua gorong-gorong pembuangan air itu ditutup atau dihilangkan,” tegas H. Ismail. Penutupan ini diduga menjadi salah satu faktor utama yang menghambat aliran air, terutama saat curah hujan tinggi, menyebabkan air meluap ke permukiman dan jalan.
Rel Kereta Api Perparah Situasi Drainase
Selain itu, pembangunan rel kereta api juga dinilai memperparah kondisi. Menurut H. Ismail, jalur rel kereta api sama sekali tidak memiliki saluran pembuangan air yang memadai. Ia menyebutkan hanya ada satu saluran air yang berfungsi ganda sebagai jalur lalu lintas masyarakat.
”Satu-satunya jalur air yang ada alurnya menuju sungai terhambat. Inilah yang menyebabkan banjir cukup parah setiap tahun,” tambahnya. Kombinasi antara penutupan saluran air di bawah jalan beton dan kurangnya drainase di jalur rel kereta api telah menciptakan sumbatan besar pada aliran air alami di empat wilayah tersebut.
Solusi Mendesak: Kembalikan Saluran Air Lama
Guna mengatasi musibah banjir yang terus berulang, warga dan H. Ismail Iskandar menyarankan solusi yang harus segera direalisasikan oleh pemerintah daerah maupun pihak terkait.
”Solusinya hanya mengembalikan semua gorong-gorong atau saluran air yang dulu dan rel kereta api juga dibuatkan saluran pembuangan air,” pungkas H. Ismail.
Warga berharap pemerintah segera mengambil tindakan nyata untuk mengembalikan fungsi drainase di wilayah Lampoko, Balusu, Ajakkang, dan Takkalasi, agar kekhawatiran menghadapi musim hujan tidak lagi berujung pada bencana banjir tahunan.






