Akibat Tercemar, Puluhan Petambak Bata-Batao Bakal Mengalami Kerugian

Akibat Tercemar, Puluhan Petambak Bata-Batao Bakal Mengalami Kerugian

Tipikor RI | Sultra Konut – Batabatao merupakan sebutan atau daratan pesisir yang di namai oleh orang tua terdahulu pada masa penjajahan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia ( DI-TII ). Wilayah administratif nya berada di wilayah kecamatan Lasolo Kepulauan kabupaten Konawe Utara. Secara geografis Bentang alamnya adalah titik pintu aliran air keluar ( Muara ) Sungai Lasolo.

Suatu anugerah Tuhan di lokasi itu tercipta air payau natural yang dapat di jadikan kawasan pertambakan. Bukan suatu kebetulan peluang strategis itu, masyarakat mendiami daerah tersebut untuk bercocok budidaya tambak. Sejak tahun 90 an di rintis nya dengan membuka lahan tambak secara manual dan bergotong royong. Bekal hidup yang menjanjikan, hingga nelayan tambak ekspansi ke yang lebih moderen. Tak tanggung-tanggung mengeluarkan biaya ratusan juta Rupiah untuk menyewa alat berat ( Ekskavator ) untuk membuka lahan yang lebih luas.

Perwakilan masyarakat dari ratusan penambak memberikan informasi kepada kami tentang problem yang dialaminya. Dari sejak akhir tahun 2020 penghasilan drastis menurun dan sampai sekarang menjelang masuk tahun 2023 sikap pesimis para nelayan tambak kebingungan. Bingung ngaduh kemana dan faktor cobaan alam apa yang sedang mereka hadapi

Ashari, Direktur Eksekutif Explor Anoa Oheo Indonesia ( EXOH Indonesia ) menerima pengaduan dari masyarakat yang melaporkan dugaan sementara adanya pencemaran.

Kami belum lakukan investigasi mendalam namun ada kemungkinan badan air sungai Lasolo ini telah tercemar. Butuh proses panjang mencari fakta-faktanya, sebab Hulu sungai besar lasolo berada di titik kecamatan Routa kabupaten Konawe. Dari hulu ke mulut muara laut lasolo kepulauan, sepanjang itu terdapat aktivitas perkebunan sawit, pertambangan nikel termasuk pasir kuarsa.

Tidak sehatnya kondisi air menyebabkan sejumlah petambak campuran ( udang, ikan, kepiting ) ikut terkena dampaknya. Daeng Sangkala petambak udang mengatakan, akhir-akhir ini kami sangat kebingungan mungkin karena kondisi air yang tidak sehat menyebabkan nafsu makan udang menjadi menurun.

Dikesempatan sama itupula, Mammang sapaan akrabnya menyampaikan pendapatnya, dimana tidak semua areal budidaya mengalami, justru pada beberapa titik yang terdapat hutan bakau dan ombak besar kondisinya masih bagus.

Ashari mengatakan, Dari beberapa informasi pengamatan nelayan yang ada membuatnya tidak bisa langsung memberikan keputusan akibat pencemaran seperti laporan dari para pembudidaya. Melihat kasus kerusakan tambak yang tidak merata, perlu analisa dan pengujian melalui laboraturium atas dugaan telah terjadinya pencemaran. Sehingga dalam waktu dekat pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pemerintah setempat.

Tidak salah juga jika para nelayan budidaya Tambak menduga telah terjadi pencemaran air laut akibat aktifitas eksploitasi hutan yang kian massiv. Misteri ini perlu sesegera mungkin terjawab. Secara komprehensif ini adalah salah satu tugas dan kewajiban pemerintah daerah melindungi rakyatnya. Kami sangat yakin masalah ini belum di ketahui oleh bapak bupati Konawe Utara dan kami yakin beliau pasti bertindak cepat

Kami juga siap untuk mengawal perjuangan ratusan penambak dan akan mengawalinya dengan pengecekan lapangan. Jka ada persoalan lain yang menjadi penyebabnya, Tetap kita tunggu hasil pengujian terhadap sampel air yang di lakukan oleh pihak berwenang, agar Misteri ini cepat terungkap, terangnya.(Red)